Kepada Semeru Aku Kembali

” sudah pernah ke semeru?” Tanya seorang pria separuh baya, dengan bandana orange Di kepalanya.
“sudah mas, 2015 saya pertama kali ke sini,”
“jadi sudah tau aturan di gunung semeru ini?,”
“sudah!!”.
“gak perlu breefing lagi kan, tapi jangan keluar ruangan dulu ya, duduk di sini saja dulu.”
“baik mas”.

Obrolan singkat kala itu,di ruang breefing basecamp ranu pani bersama mas saver semeru. Kebetulan hari itu kami tidak menemui pendaki lain yang ikut breefing bersama kami,hanya ada kami bertiga dan mas saver saja.

IMG_2382_1
bersama sohib lintang thn 2015

Di tahun 2015, gue pertama kali menginjakan kaki di semeru,kala itu pendakian kurang menyenangkan,walaupun berkesan bertemu teman baru dan memperoleh pengalaman baru,tapi perjalanannya kurang menyenangkan.

Berawal dari itinerary yang tidak sesuai dengan rundown,sampai drama nyaris tertinggal kreta Di jakarta,belum lagi Di guyur hujan selama pendakian,akhirnya rombongan tidak dapat melanjutkan sampai puncak.

Terlalu banyak kendala yang mempengaruhi perjalanan kami saat itu hingga kami tidak sampai puncak, salah satunya faktor kejadian mistis yang kami alami.klise memang,menjadikan perjalanan ini tidak nyaman, sampai akhirnya mengumpat dalam hati, “gue gak mau balik lagi ke semeru”.

Di tahun 2018 gue meyakinkan diri untuk kembali lagi ke semeru, mencoba mematahkan umpatan dalam hati gue yang selama ini gue simpan.meyakinkan diri untuk siap tidak mengulangi kegagalan kejadian yang terdahulu.

Selepas asar gue, prima, Dan firki mengawali perjalanan menuju camping ground pertama kami,dari danau ranu pani menuju danau ranu kumbolo,bisa Di tempuh dengan berjalan kaki sekitar 3-4 jam normalnya, melewati 4 pos peristirahatan.

Sepanjang perjalanan kami saling meyakinkan satu sama lain, terlebih untuk gue dan prima yang pernah gagal sampai puncak maha meru.Berbeda dengan Firki yang baru pertama kali.Sangat egois jika tujuan gue hanya sampai puncak, tapi tidak memberi effort apapun ke dalam perjalanan kami, padahal mendaki itu bukan tentang puncak melulu, tapi bagaimana gue melawan ego dalam diri gue dan pengalaman apa yang gue dapat dari perjalanan ini.banyak orang beranggapan puncak adalah tujuan akhir.

“Takan lari gunung Di kejar, pulang dengan selamat lebih dari apapun.Pun jika sampai puncak, itu bonus dari pencapaian dan perjuangan itu sendiri”.

Tak terasa waktu maghrib tiba.kabut mulai menutupi jalur pendakian, kami bergegas menuju pos waturejeng masih 2 pos lagi harus kami lewati.Menyiapkan peralatan penerangan,kala itu headlamp Firki tertinggal Di rumah,untungnya gue dan prima bawa headlamp,akhirnya prima memutuskan berjalan paling belakang,Firki Di tengah dan gue paling depan,meski fikri tidak memakai alat penerangan, Dia tetap masih bisa melihat jalur pendakian Dibantu alat penerangan gue dan prima.

Sesampainya Di camping ground ranu kumbolo selepas isa, kami membagi tugas, prima dan Firki mendirikan tenda, sedang gue memasak untuk makan malam kami,tak banyak kegiatan malam itu kami lakukan,hanya bersantap malam dan bergegas tidur, merehatkan tubuh untuk perjalanan esok.

_1050339.JPG

Pagi harinya gue terbangun lebih awal dari prima dan firki. Mereka masih terlelap Di dalam tenda, firki yang semalaman tidak bisa tidur karna kedingingan,hanya berbagi sleepingbag dengan prima,karna firki tidak membawa sleeping bag sendiri.

Setelah packing dan sarapan pagi,siangnya kami melanjutkan perjalanan menuju camping ground terahir, pos kalimati, pos terahir sebelum kita melakukan summit attack.sebelumya kita harus melewati dua pos lagi,pos cemoro kandang dan pos jambangan (sering di sebut juga oro oro jambangan),barulah pos terahir kalimati.

P1050319.JPG

Di awali tanjakan cinta,yang mitosnya;jika kita tidak menoleh ke belakang dan memikirkan seseorang sampai ujung tanjakan, maka seseorang itu adalah jodohnya, entah lah itu mitos atau kenyataan, gue sendiri masa bodo.

FB_IMG_1446874821367
oro oro ombo

Setelah tanjakan cinta kita lewati, kemudian kita turun ke savanna yang ditumbuhi bunga Verbena Brasiliensis, kala itu sedang musim kemarau jadi bunga Verbena Brasiliensis tidak berwarna ungu, mungkin bukan musim tumbuh sempurna.

Pendaki dan warga lokal menyebut savana ini oro oro ombo,Setelah oro oro ombo baru lah kita memasuki hutan cemoro kandang.

DSC00452 - Salin.JPG

kemudian oro oro Jambangan,setelah itu sampailah camping ground terahir kalimati,dan menjadi pos peristirahatan terahir.

FYI,batas pendakian semeru itu hanya sampai pos kalimati,jadi jika terjadi kecelakan saat summit, pihak taman nasional tidak menjamin asuransi pendaki.Jadi takperlu memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan.

Tinggalkan komentar